[edited, 19 Mei 2025]
"Pengalaman
Anda adalah pondasi untuk cerita Anda; imajinasi Anda mengambilnya dari sana.
" - J.R. Young.
Kutipan ini selalu menjadi pengingat bagiku. Karena aku percaya, setiap cerita dimulai dari pengalaman. Pengalaman mengajarkan kita banyak hal—tentang kehidupan, tentang diri sendiri, dan tentang bagaimana menghadapi dunia.
Halo semua, perkenalkan, aku adalah mahasiswa baru di salah satu universitas yang cukup ternama di Malang. Aku terlahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Banyak orang bilang, anak bungsu itu manja. Tapi percayalah, kami para bungsu sering ingin mematahkan asumsi itu—dan aku adalah salah satunya.
Aku tumbuh dari seorang ibu yang pengertian dan selalu mendukung. Dari beliau, aku belajar untuk percaya diri dan tidak mudah menyerah. Saat aku merasa gagal atau mulai muak mengerjakan sesuatu, aku selalu menyemangati diri sendiri, “Aku bisa! Semangat, Chaprilla!”
Dan setiap kali aku melakukannya, ibuku hanya tersenyum sambil berkata, “Kamu pasti bisa.”
Namun hidup tidak selalu semudah itu.
Ada masa ketika aku harus menerima kenyataan pahit. Aku sempat merasa kecewa, putus asa, bahkan menganggap semua ini tidak adil. Tapi aku sadar—dunia tak berhenti hanya karena aku terluka. Aku harus terus berjalan, bangkit, dan berdiri di atas kakiku sendiri.
Dari titik itulah semuanya bermula.
Aku mulai merancang masa depan, belajar bertahan dalam kerasnya kehidupan, dan tersenyum walau dihantam berbagai masalah. Aku belajar memahami diri sendiri: apa yang aku suka, apa yang membuat aku tenang, dan bagaimana caraku recharge ketika kesabaran hampir habis.
Semua pengalaman itu sangat aku syukuri.
Karena dari pengalaman, aku belajar menghargai waktu dan orang-orang di sekitarku. Aku menjadi lebih peka, lebih terbuka, dan lebih menghargai nikmat-nikmat kecil yang seringkali terlewatkan.
Dan dari sanalah aku belajar satu hal yang paling penting: mencintai diri sendiri.
Mungkin terdengar aneh. Atau bahkan geli.
Tapi izinkan aku mengatakan ini dengan lantang:
Aku mencintai diriku sendiri.
Aku mencintai diriku yang pernah jatuh, tapi memilih bangkit.
Aku mencintai diriku yang pernah lelah, tapi tetap melangkah.
Aku mencintai diriku yang masih belajar, tapi tak berhenti mencoba.
Aku bisa berada di titik ini bukan karena siapa-siapa—tapi karena diriku sendiri.
Dan tentu saja, karena Allah yang percaya aku mampu menjelajahi petualangan hidup ini.
Jadi, semua pengalaman yang aku dapatkan adalah kunci.
Kunci untuk memahami, menerima, dan akhirnya mencintai diriku sendiri.
“Ditulis di antara jeda hidup, untuk dikenang dan dipahami."
Kode: S001
Komentar
Posting Komentar