"Kenapa akhirnya aku nulis lagi?"
Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepala. Ia hadir kala aku hendak menutup mata, beristirahat dari ramainya pikiran. Tapi, aku salah. Sebaris pertanyaan itu berhasil membuat aku terjaga, memikirkan jawabannya, sepanjang malam. Dan berlanjut ke malam-malam berikutnya.
Mungkin aku rindu. Bukan hanya pada aktivitas menulis itu sendiri, tapi pada rasa yang muncul saat aku menulis dan setelah menyelesaikannya. Menumpahkan kata-kata yang berserakan di kepala, menjelaskan perasaan yang tak sanggup diucap lantang. Menulis membuat aku lega-seperti aku sedang bicara pada seseorang yang tak menghakimi. Menulis adalah proses menyembuhkan diri secara diam-diam. Ia memberiku 'rumah' tempat aku bisa jujur, tanpa perlu berpura-pura.
Namun, beberapa hal memang tidak akan pernah berjalan sesuai dengan apa yang kita mau. Keinginan untuk terus menyuarakan isi hati, harus terhenti ketika komentar demi komentar berdatangan. Beberapa orang berpikir aku hanya berpura-pura, bahwa tulisanku tak mencerminkan diriku yang sebenarnya. Dari situ aku mulai meragukan diri. Merasa tak pantas. Merasa apa yang kutulis tak cukup layak atau berguna. Pelan-pelan, aku menjauh dari kata-kata. Aku menyerah.
Lama waktu berlalu. Banyak pengalaman telah datang dan pergi. Banyak orang datang dan berlalu, beberapa yang kupikir hanya basa-basi, ternyata sungguh-sungguh menyemangati."Ayo, coba menulis lagi", "Tulisan kamu bagus, coba posting aja", "Terimakasih sudah bertahan, tulisan kamu, layak untuk dibaca". Kalimat-kalimat kecil itu pelan-pelan meruntuhkan benteng ragu dalam diriku. Aku rasa, aku bisa mencoba untuk menulis, lagi.
Tapi apakah aku langsung menulis? Tidak. Aku mulai diam-diam. Catatan di ponsel menjadi saksi bisu. Dalam diriku masih tinggal ragu dan ketakutan. Semacam momok yang tak serta-merta hilang hanya karena diminta menjauh. Tapi, sekali lagi aku diselamatkan. Beberapa orang menarikku dari jurang gelap. Karena mereka, aku mulai kembali mencoba. Bukan untuk dinilai, tapi untuk sembuh. Bukan untuk menjadi hebat, tapi untuk menjadi diri sendiri.
Aku kembali sadar. Aku kembali, bukan sebagai penulis yang ingin diagungkan, tapi sebagai aku yang butuh ruang untuk jujur.
“Ditulis di antara jeda hidup, untuk dikenang dan dipahami."
Kode: S002
Komentar
Posting Komentar